Namanya adalah Umar bin Khattab dari Bani ‘Adi yang juga merupakan rumpun dari suku Quraisy Makkah. Dia berasal dari keluarga yang terhormat, ayahnya bernama Khattab bin Nufail yang juga dari suku Quraisy sementara ibunya Hantaman binti Hasyim dari Bani Makhzum. Sejak kecil Umar memang dididik oleh keluarganya dengan kedisiplinan yang kuat.
Umar termasuk anak yang pandai membaca dan menulis, selain itu sejak masih anak-anak dia memang sudah disegani oleh kawan sebayanya. Ditakuti karena kegarangannya dan disayangi karena kebaikan hatinya.
Sebelum masuk Islam, kisah Umar bin Khattab memang dikenal sebagai seorang yang suka bermabuk-mabukan bahkan air arak yang haram itu dia siramkan ke sekujur tubuhnya mulai dari kepala hingga kakinya. Namun, setelah menjadi seorang muslim [bukan lagi umat jahiliyah] maka Umar berhenti total dari kebiasaan buruknya semasa jahiliyah.
Sebelum masuk Islam pula, Umar memang dikenal sebagai salah satu orang yang bersikap keras terhadap penyebaran dan dakwah Islam yang dilakukan oleh Rasulullah. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa disaat Umar mendengar adiknya masuk Islam dan berbelot dari agama nenek moyangnya, maka Umar dengan segera menghampiri adiknya yang berada di kamar untuk dipenggal kepalanya.
Namun, sebelum Umar menerobos pintu kamar adiknya, Umar mendengar lantunan suara merdu adiknya yang membaca kalam-kalam Allah [Al-Quran] Surah Tahaa. Disitulah hati Umar merasa luluh dengan bacaan Al-Quran. Kemudian Umar menemui Rasulullah dengan membawa pedang. Sementara para sahabat yang bersama Rasulullah merasa khawatir bahwa Umar akan melukai Rasul. Ternyata tidak, setelah berhadapan dengan Rasulullah, maka Umar tersungkur dan membaca dua kalimat syahadat.
Tentu saja hal ini membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
Diriwayatkan pula bahwa suatu saat Umar menangis terisak-isak. Setelah ditanyakan, ternyata dia ingat pada masa jahiliyah dulu, dimana Umar ketika memiliki anak perempuan kemudian dia bunuh atau dikubur hidup-hidup. Sebab dalam pandangan orang jahiliyah dulu ketika punya anak perempuan maka adalah suatu kecelaan atau kehinaan.
Namun, setelah Umar masuk Islam, maka dia menjadi seorang yang sangat penyayang terhadap anak perempuan dan mengayomi para perempuan-perempuan dengan memberikan kehormatan dan kebebasan atasnya.
Sungguh kehidupan Umar setelah masuk Islam sangat kontra dengan kehidupan pada masa jahiliyahnya. Karakternya yang dikenal sangat keras ternyata ada kebeningan hati dibaliknya. Itulah sifat dan karakter Umar bin Khattab.
Umar terkenal dengan karakternya yang ‘keras’ sangar dan tegas. Tubuhnya yang kuat dan ahli dalam peperangan dan tak pernah gentar menghadapi musuh; membuat dirinya diberi gelar asadullah [singa Allah], asadussahra’ [singa padang pasir], dan gelar al-faruq karena ketegasan beliau dalam membedakan antara yang hak dan yang batil.
Umar bin Khattab tercatat terlibat dalam perang-perang besar seperti Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khaibar, dan lainnya, bahkan dia sangat ditakuti oleh pihak musuh. Sehingga ada suatu anggapan, “Sebaiknya jangan berhadapan perang tandig dengan Umar jika tidak mau mati konyol.”
Umar sangat totalitas dalam membela Islam dan sangat setia terhadap Rasulullah. Bahkan disaat Rasulullah wafat, satu-satunya orang yang sangat nampak jelas terpukul hatinya ialah Umar, dia tak yakin bahwa Rasulullah wafat, sehingga siapapun yang bilang Rasul wafat, maka dia akan tebas lehernya.
Umar menghalangi siapapun yang berupaya memandikan atau menyiapkan jasad Rasulullah untuk dimakamkan. Umar berkata “Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap bahwa Rasulullah telah wafat. Sesungguhnya dia tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah dia benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa Rasul telah wafat, aku akan tebas tangan dan kakinya.” Itulah ucapan Umar akibat syok yang dialaminya.
Namun, Abu Bakar menasehatinya, akhirnya dia luluh dan mengikhlaskan kepergian Rasulullah. Abu Bakar berkata sambil merangkul Umar yang terlihat masih syok, “Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad, Nabi Muhammad sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati!”. Setelah mendengar ucapan Abu Bakar, maka Umar pun luluh dan mengikhlaskan kepergian Rasulullah.
Diangkat Menjadi Khalifah
Selama pemerintahan Abu Bakar, Umar merupakan kepala penasehat pemerintahan. Strateginya dalam pemerintahan tak diragukan. Sehingga, setelah khalifah Abu Bakar wafat, maka dia menunjuk Umar bin Khattab untuk menjadi penggantinya. Dan penunjukan itu diterima oleh Umat Islam, maka diangkatlah Umar menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar.
Selama menjabat menjadi khalifah; perkembangan dan kekuatan Islam semakin bertambah pesat muali dari penaklukan Persia, Mesir, Palestina, Syiria Afrika Utara dan kekaisaran Romawi semua ditaklukkan oleh pemerintahan Umar. Dia juga berhasil mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid). Selain itu, penetapan tahun hijriyah juga diinisiasati oleh Umar, serta digadang-gadang bahwa Umar lah orang pertama yang memiliki ide untuk membukukan Al-Quran [namun terlaksana pada pemerintahan Usman].
Ada sebuah kejadian menarik, dimana pada saat itu tahun 637 M, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota Yerusalem. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat di tempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. Lima puluh lima tahun kemudian, Masjid Umar didirikan di tempat ia shalat.
Walaupun Umar memang terkenal sebagai sahabat Rasulullah yang paling ‘liberal’ dalam berpikirnya. Namun dia tetap menjaga diri untuk selalu berada dalam jalur yang selalu ditetapkan oleh agama.
Selama pemerintahannya, Umar melakukan banyak reformasi secara administratif urusan kenegaraan, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638 M, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Selama menjadi khalifah, kata mutiara Umar bin Khattab selalu dekat dengan rakyat dengan gaya blusukannya yang khas yang selalu berbaur dengan masyarakat luas, di pasar, di kebun, di jalanan, di masjid, dan semua tempat dia datangi. Dan Umar tidak pernah merasakan kenyang sebelum dia memastikan semua rakyatnya tidak megeluh kelaparan. Itulah sosok pemimpin yang sederhana dan mengutamakan kepentingan rakyatnya.
Kewafatannya Umar
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik, dari Persia yang pura-pura masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat.
Beliau hanya memerintah selama 10 (sepuluh) tahun 6 bulan saja, namun kemajuan Islam sangat terbilang pesat sezamannya. Hingga suatu hari disaat Umar mengimami shalat subuh berjamaah, ada seorang budak dari Persia bernama Abu Lukluk yang ‘sangat tidak jantan’ dan sangat licik menikam Umar dari belakang, sehingga Umar wafat.