Kisah Wafatnya Rasulullah Saw secara Singkat Sebagai Tanda-tanda Perpisahan

Kisah Wafatnya Rasulullah Saw secara Singkat Sebagai Tanda-tanda Perpisahan

Wafatnya Rasulullah Muhammad, Sudah menjadi akdir manusia, bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati. Entah dia seorang raja, pejabat, pengemis, tak terkecuali seorang Rasul sekalipun. Semua akan menuju Allah, sebab kita hidup di dunia ini semata-mata atas izin Allah, berjuang dijalan Allah, dan akan bermuara kepada Allah.

Allah mencabut nyawa seseorang karena Dia merasa hidup seseorang itu di dunia telah cukup. Demikian pula dengan Rasulullah, Allah mencabut nyawa Muhammad karena Allah merasa cukup dengan tugas-tugas Muhammad dalam mengenalkan Allah; Tuhan semesta alam, menyampaikan pesan kerasulan, menyampaikan kebenaran, dan mengenalkan syariat agama Islam.

Sebelumnya, Rasulullah pernah menyampaikan firasat kematiannya kepada Muaz bin Jabal, kala itu beliau berdua dengan Muaz, lalu beliau berkata kepada Muaz. “Ya Muaz, mungkin kamu tidak akan berjumpa lagi denganku setelah tahun ini. Dan mungkin saja engkau hanya bisa melewati masjidku ini dan makamku.” [Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad].

Saat mendengar firasat Rasulullah itu, Muaz menangis mencucurkan air mata kesedihannya, Muaz [dan seluruh kaum muslimin] tidak ingin berpisah dengan Rasulullah. Sebab Rsulullah bukan hanya dihormati sebagai seorang Nabi, tapi dia bagaikan orang tua bagi semua umat Islam.

Berawal dari haji wada’ [haji perpisahan], setelah penaklukan Kota Makkah oleh kaum muslimin, tepatnya pada tahun ke 10 hijriyah Rasulullah melaksanakan ibadah haji [dan ini adalah satu-satunya ibadah haji yang dikerjakan oleh Rasulullah, bisa dikata bahwa ini adalah haji pertama kali dan terakhir kalinya Rasulullah]. Beliau melaksanakan ibadah haji bersama 100 ribu orang, dan setelah itu beliau kembali ke Madinah.

Ketika prosesi ibadah haji, saat itu sedang menuju Arafah, kemudian Rasulullah menyampaikan suatu khotbah di depan semua kaum muslim yang beribadah haji. “Kalian akan dimintai persaksian tentangku, apa yang akan kalian katakan [kelak]?” Para sahabat menjawab, “Kami bersksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan risalah, telah menunaikan amanah, dan telah memberi nasehat kebaikan.” Maka Rasulullah berkata dengan suara lantang sambil mengangkat jari telunjuknya, “Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah. Ya, Allah saksikanlah.” [Hadis riwayat Imam Muslim].

Setelah selesai khotbah, maka Rasulullah menerima wahyu, yakni yang termaktub dalam Surah Al-Maidah ayat 3.

اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإسْلامَ دِيْناَ

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Aku ridhoi Islam itu menadi agama bagimu.”

Dan, wahyu tersebut adalah wahyu terakhir bagi Rasulullah. Wahyu penutupan di masa jabatannya sebagai Rasul Allah. Dan ini pertanda pula bahwa tugas kerasulan telah selesai, dan Rasulullah akan segera menghadap kehadirat Allah, serta meninggalkan semua umat Islam.

Diriwayatkan, setelah ayat diatas turun kepada Rasulullah, maka Abu Bakar menangis tersedu-sedu. Siang malam dia menangis, sehingga para sahabat bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Abu Bakar?. Dan Abu Bakar menjawab, “Wahai sahabat, apakah kamu tidak pernah mendengar bahwa apabila suatu perkara telah sempurna maka akan datang kekurangnnya? Dengan sempurnanya agama Islam, maka ini pertanda Rasulullah akan meninggalkan kita.” mendengar jawaban Abu Bakar, maka para sahabat yang ada saat itu turut menangis akan hal tersebut.

Setelah selesai ibadah haji, maka Rasulullah kembali ke Madinah, di sana ia tinggal bersama Aisyah. Mungkin hanya sekitar dua setengah bulan dari usai menjalankan ibadah haji, Rasulullah mengalami sakit demam. Hari demi hari, sakitnya semakin parah. Bahkan Rasulullah tidak kuat lagi untuk mengimami shalat berjamaah.

Maka, Rasul meminta Abu Bakar untuk menggantikannya. Dan Abu Bakar menerima perintah itu. Sedangkan Rasulullah shalat di rumahnya, walaupun masjid Nabawi cukup dekat dengan kediamannya, namun sekali lagi, hal itu [mengimami] tidak sanggup beliau lakukan, saking parahnya kondisi beliau.

Wafatnya Rasulullah Saw; Tanda-tanda Perpisahan

Detik-detik yang mengharuskan di saat Rasulullah menghadapi sakaratul mautnya. Para sahabat berkumpul di rumah Aisyah, mereka ingin menjenguk Rasulullah yang dikabarkan kondisinya semakin memperihatinkan. Seakan kedatangan para sahabat yang berbondong-bondong ini untuk menyampaikan salam perpisahannya, dan melihat Rasulullah untuk terakhir kalinya. Sebab sebagian dari mereka telah berfirasat demikian.

Di saat Rasulullah menghadapi syakaratul maut, tubuhnya mulai dingin, sedangkan kakinya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan ingin membisikkan sesuatu. Maka, Ali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah. Ali mendengar ucapan “Ushikum bi as-shalati wa mamalakat aimanukum.” [peliharalah shalat dan santuni kaum lemah].

Dan gerak bibir Rasulullah masih tak berhenti, dan Ali tetap mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang hendak ingin terus berwasiat. Masih terdengar suatu kaimat darinya, “Ummati, ummati, ummati.” [ummatku, ummatku, ummatku].

Tepat pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal [persis seperti hari kelahirannya] Rasulullah menghembuskan nyawanya. Rasul telah menghadap Allah, beliau sudah berdampingan dengan Tuhannya, yang selama selalu dirindukan oleh Rasulullah dan oleh semua kaum muslim. Rasulullah telah bahagia bersama Tuhan. Tapi, ketiadaannya Rasulullah meninggalkan kesedihan bagi para sahabat dan bagi semua umat Islam.

Mendengar kabar rasulullah wafat, maka Abu Bakar segera menuju tempat Rasulullah. Dia masuk ke dalam kamar Rasul, dan Abu bakar melihat Rasululla sudah ditutupi dengan kafan. Abu bakar mencoba menyingkap kain itu lalu mencium kening Rasulullah. Disat itulah air mata Abu Bakar tak tahan dibendungnya lagi. Abu Bakar menangis tersedu-sedu melihat junjungannya, orang yang selama ini dicintainya telah terbaring kaku dihadapannya.

Berita wafatnya Rasulullah ini membuat para sahabat tak percaya bahwa Rasulullah sudah wafat. Bahkan ketika berita ini terdengar oleh telinga Umar bin Khattab, maka Umar berkata, “Demi Allah, akan aku potong tangan-tangan dan lisan-lisan kaum munafik yang mengira Rasulullah telah wafat.”

Lalu, Umar bergegas menghampiri Rasulullah untuk memastikan kondisi beliau. Umar masuk ke dalam dan melihat memang Rasulullah telah wafat. Namun, Umar tetap masih dalam ambang ketidakpercayaannya. Umar tak yakin Rasulullah telah meninggal. Umar meracau sambil menangis.

Kemudian Abu Bakar berupaya menenangkan Umar dan sahabat-sahabat yang lain. Abu Bakar berkata, “Barangsiapa yang menyembah Muhammad Saw, maka Muhammad telah wafat. Dan barang siapa yang menyembah Allah, maka Dia Maha Hidup dan atak akan pernah mati.” Lalu Abu Bakar membacakan ayat Surat Ali Imran: 144, yang artinya:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Saat itulah Umar terjatuh, badannya lemas, dan kakinya tak kuat menopang tubuhnya. Sekarang semua orang sadar, bahwa Rasulullah telah tiada. Rasulullah telah menghadap kekehadirat Allah Azza wa Jalla.

Selanjutnya, jelang sekitar dua hari dari wafatnya Rasulullah, barulah jenazah beliau dikuburkan di dalam rumah Aisyah. Sebab Rasulullah berpesan agar dikuburkan di tempat dimana dia meninggal.

Wallahu a’laam

Semoga kita sahabat kartun muslimah termasuk Ummat Muhammad yang selalu merindukan beliau dan sellau dirindukan oleh beliau. Insya Allah.

Galeri untuk Kisah Wafatnya Rasulullah Saw secara Singkat Sebagai Tanda-tanda Perpisahan

Gambar Gravatar
Website Dakwah Muslimah Menerima Tulisan Dakwah Baik Fiksi maupun Non Fiksi  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *