Wahai wanita penyejuk mata
Alangkah indah rupamu nan menawan
Semua orang ingin memilikimu tuk jadi permaisuri
Siapakah engkau?
Wahai bidadari penuh pesona
Alangkah menawan dan elok seluruh parasmu
Maukah engkau menemaniku dalam dekapanmu?
Bolehkah aku mengenal dan menjadikanmu doa dalam setiap sujudku?
Di atas adalah ilustrasi seorang mujahid yang menginginkan perjumpaan dengan bidadari surga. Alkisah. Pada suatu pagi di bulan Ramadhan, Nabi sedang memberikan targhib (semangat untuk bejihad) kepada laskar pejuang Islam. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya orang yang mati syahid karena Allah, maka Allah akan menganugrahkannya Ainul Mardhiyah, bidadari paling cantik di surga.”
Mendengar ungkapan Rasul, salah satu sahabat yang paling muda, ingin menanyakan perihal siapakah Ainul Mardhiyah. Namun karena malu kepada Nabi beserta sahabat yang lain, maka ia enggan untuk menanyakannya lebih dalam.
Suatu ketika, waktu Zuhur sebentar lagi. Sebagaimana sunnah Rasul, para sahabat dipersilahkan untuk tidur sejenak (qailullah) sebelum pergi berperang. Bersama kafilah perangnya sahabat ini pun tertidur lelap sampai bermimpi.
Di dalam mimpinya dia berada di tempat yang sangat indah dimana belum perah ia lihat sebelumnya. Sepanjang mata memandang, ia mendapati sungai-sungai yang mengalir dengan air jernih. Dipinggir sungai itu nampak seorang bidadari yang mengenakan perhiasan yang sungguh menawan. Kemudian ia bertanya, “Dimanakah aku?”
“Kau berada di surga, wahai pemuda,” jawab wanita itu.
Ia kembali mengingat targhib yang disampaikan Rasulullah, sembari penasaran ia bertanya, “Apakah engau Ainul Mardhiyah?”
Wanita tersebut sontak menggeleng dan berkata, “Bukan aku, aku bukanlah Ainul Mardhiyah. Jika kamu ingin bertemu dengannya, maka ia berada di bawah pohon yang rindang.”
Setibanya di pohon rindang, betapa kagetnya pemuda saat menemui wanita yang parasnya lebih jelita berkali-kali lipat dari yang ia temui tadi. Sang pemuda pun bertanya, “Apakah engkau Ainul Mardhiyah?”
“Sungguh, aku bukanlah Ainul Mardhiyah. Aku hanyalah penjaga istananya. Kalau kamu ingin bertemu dengannya, disanalah singgasananya.” Bidadari itu sembari menunjuk singgasana yang terbuat dari mutiara putih. Kemudian, sahabat itu pun pergi ke singgasana tersebut dan sampailah ke suatu mahligai. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari yang sebelumnya. Wanita itu sedang mengelap perhiasan. Sahabat ini memberanikan diri untuk beratanya.
“Apakah engkau Ainul Mardhiyah?”
“Bukan. Aku bukan Ainul Mardhiyah. Aku penjaganya di mahligai ini. Teruslah berjalan menuju mahligai itu,” jawab wanita jelita sembari menunjuk mahligai yang penuh dengan emas yang ditaburi permata dan yaqut.
Sahabat itu pun melanjutkan perjalanannya, hingga ia dapati sebuah mahligai. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya jauh lebih menawan berlipat-liipat dari wanita sebelumnya dan sangat pemalu. Sang pemuda bertanya.
“Apakah engkau yang kucari dari tadi, wahai Ainul Mardhiyah?”
“Sungguh engakau berhadapan dengan Ainul Mardhiyah.”
Sang pemuda pun mendekat, tetapi Ainul Mardhiyah menghindar sembari berkata, “Maaf, engkau bukanlah seseorang yang mati syahid.”
Seketika itu ia terbangun dari mimpinya. Dia kemudian menceritakan perihal mimpi yang baru dia alami kepada sahabat yang ia percaya. Diakhir ceritanya ia berpesan, “Janganlah cerita ini sampai kepada Baginda Nabi, terkecuali aku telah mati syahid. Maka silahkan ceritakan apa yang aku kisahkan ini. Sungguh baru kali ini aku mengalami mimpi seolah-olah aku benar berada di surga.”
Ketika tiba seruan berperang, sang pemuda dengan penuh semangat menggelora berperang di jalan Allah. Ia menginginkan perjumpaan dengan Ainul Mardhiyah, bidadari dengan mata yang diridhoi, bidadari yang paling menawan di surga, bidadari yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang yang berjihad atas nama Allah dan senantiasa menahan hawa nafsunya.
Sungguh, siapakah yang tidak menginginkan pertemuan bersama bidadari, Ainul Mardhiyah?
Di dalam peperangan bersama laskar Islam, sang pemuda berjuang dengan pedang yang terhunus. Hingga akhirnya ia syahid.
Setelah kejadian itu, di waktu petang saat tiba waktu berbuka puasa. Sang sahabat yang menjadi kepercayaan sahabat yang mati syahid, menceritakan mimpi yang dialami si pemuda kepada Nabi. Rasulullah pun membenarkan apa yang dimimpikan sang pemuda, Nabi bersabda, “Sekarang ia bahagia bersama Ainul Mardhiyah.”
Kisah di atas adalah bagian dari uraian Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Sebagaimana Rasulullah mengisahkan bidadari surga, Ainul Mardhiyah. Ia adalah hadiah bagi orang-orang yang mempertaruhkan agama Allah. Dialah bidadari dimana setiap mata yang memandangnya pasti akan menemukan keridhaan di hati.
Sobat sholih/sholihah semoga apa yang dikisahkan Nabi di atas, menjadikan kita semangat untuk berdakwah di jalan Allah. Agar senantiasa perjalanan hidup ini, penuh dengan kalimat tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Tidak lupa untuk terus saling nasihat menasehati dalam kebaikan. Kemudian berlomba-lomba dalam mendapatkan kebaikan. Sehingga segala yang menjadi impian sobat menjadi muslim kaffah dan syahid di jalan Allah benar-benar menjadi hadiah dipenghujung hayat.
Teruntuk sobat sholihku, teruslah berjuang tanpa kenal lelah. Jadikan harimu adalah bagian dari tetes darah para syuhada. Jadikan setiap langkahmu adalah jalan meraih Ridho-Nya. Jadikan nafasmu sebagai jalan menemui Rabmu dalam khusnul khatimah. Bergeraklah dan jemputlah bidadari tercantik di surga, Ainul Mardhiyah.
Jika kau berhasil melewati segala pernak pernik dunia, dengan terus tunduk dan patuh kepada-Nya. Niscaya apa yang dijanjikan bagi setiap orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, adalah Allah menjanjikan surga padanya. Sebagaimana dalam Surah an-Nisa’ ayat 95;
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ´uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.”
Teruntuk sobat sholihahku, teruslah menjadi perhiasan dunia. Engkaulah sebaik-baik wanita yang diciptakan Tuhan agar senantiasa menjadi bidadari bagi suamimu. Jadikan senyumanmu hanya untuk memikat sang suami. Jadikan patuhmu sebagai janji meraih Jannah bersamanya.
Teruslah beramal dengan menyenangkan hatinya. Bagi kamu yang single jangan khawatir, maka Allah akan menyediakan pasangan yang senantiasa akan melindungimu. Teruslah berbenah. Raihlah ridho orangtuamu. Jadilah engkau permata yang berada jauh di dasar laut. Sukar untuk diraih. Hanya orang-orang terpilih yang akan menjadi bagian darimu. Jika demikian, maka bersiaplah untuk menjadi bidadari-bidadari surga di akhirat kelak.
Ainul Mardhiyah
Kau seharum kuntuman di taman surga
Menanti hadirnya seorang lelaki
Untuk menjadi bukti cinta sejati
Oh Tuhan
Bisakah dicari di dunia ini
Seorang wanita bak bidadari
Menghulurkan cinta setulus kasih
Di hati lelaki bernama kekasih
_Penggalan lyric nasyid UNIC, Malaysia_
Sungguh beruntung wahai para syuhada yang dapat berjumpa dengan Ainul Mardhiyah. Semasa hidupnya dihabiskan dengan berjuang demi tegaknya agama sepertihalnya Halimatus Sa’diyah. Semoga kisah ini menjadi inspirasi pemuda-pemuda masa kini yang juga memiliki semangat juang tinggi demi syiar agama Islam.