Beliau adalah Usman bin Affan sahabat Rasululah yang terkenal sangat dermawan. Selain sebagai khalifah ketiga dalam Islam, ia juga dikenal sebagai seseorang yang berjasa besar terhadap umat Islam terutama dalam pembukuan Al-Quran yang terbukukan sampai saat ini.
Nama lengkap beliau adalah Usman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Namun dia lebih terbiasa dipanggil dengan nama Abu ‘Amr, dan setelah masuk Islam dijuluki dengan panggilan Abu ‘Abdillah. Usman adalah ahli dalam perekonomian, dia sangat kaya, dan dari strata sosial atas, namun walau dia kaya tapi dia sangat dermawan.
Dia digelari dengan sebutan dzunnurain [dua cahaya] karena menikah dua puteri Nabi yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum. Dengan demikian, maka Usman adalah menantu dari Rasulullah. Pengorbanannya untuk Islam dangatlah besar, harta kekayaan dan semua miliknya disedekahkan untuk berkembangnya Islam. Dengan kedermawannya itu dia digelari dengan sakhawah.
Dalam salah satu hadis Rasulullah menyebutkan bahwa Usman merupakan sahabat yang ‘diterawang’ oleh Rasul akan mati syahid. Bukan hanya itu, keutamaan lain dari Usman ialah bahwa malaikat merasa malu kepada Usman karena kedermawanan dan hatinya yang baik.
Dalam riwayat Muslim disebutkan, dari Aisyah ra bahwa ia berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta izin kepadamu untuk menutupi [pahamu yang tersingkap angin] dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau tetap berada dalam keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika Usman meminta izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakaianmu (dipakai untuk menutupinya). Maka Rasulullah menjawab,” Wahai Aisyah, bagaimana aku tidak merasa malu dari seseorang yang malaikat saja merasa malu kepadanya”.
Usman dikenal pula sebagai sahabat yang sangat pemalu. Dalam suatu petikan hadis disebutkan, “Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Usman. [HR. Ahmad].
Usman bin Affan memeluk agama Islam atas ajakan Abu Bakar. Makanya tak salah jika Usman dimasukkan dalam golongan assabiqunal awwalun [orang-orang yang masuk Islam awal]. Memang Usman sebelum masuk Islam sudah terkenal dengan kerendahan hatinya, dia tak suka bermabuk-mabukan, tak suka berjudi, menjauhi perzinahan, tak suka mengundi nasib, dan semua tradisi kejahiliyahan dia jauhi.
Sifat Dermawan dan Sederhana
Beliau merupakan orang yang sangat kaya raya, ia ahli dalam perekonomian. Namun ia tetap terkenal sebagai dermawan sejati. Sebelum masuk Islam pun dia sudah banyak membantu kaum fakir miskin, dan menyedekahkan sebagian hartanya bagi yang membutuhkan.
Dan setelah masuk Islam, pengorbanannya sangat besar, semua hartanya disumbangkan demi kemajuan Islam. rata-rata semua kebutuhan umat Islam baik dalam perang maupun diluar perang semuanya ditanggung oleh Usman dalam hal finansial. Terlihat saat Perang Tabuk, Usman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut.
Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Bahkan pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Usman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1.000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim paceklik.
Namun dibalik kekayaannya, terdapat [selain sikap dermawan] juga sikap kesederhanaan Usman. Bukan karena dia kaya kemudian dia suka berfoya-foya, tidak lah demikian. usman merupakan pribadi yang sangat sederhana. Terlihat dari kebiasaan hidupnya, beliau jika tidur tak suka tidur di atas alas, beliau lebih suka tidur dilantai sehingga ketika bangun dari tidurnya, maka nampak jelas bekas-bekas kerikil di punggung dan lengannya.
Diangkat Menjadi Khalifah
Disaat Umar bin khattab wafat, maka umat Islam melakukan musyawarah lewat dewan yang dibentuk pada masa Umar untuk memilih pemimpin penggantinya. Dewan tersebut terdiri dari enam orang yakni Ali bin Abi Thalib, Usman, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awwam. Namun Abdurrahman, Sa’ad, Thalhah, dan Zubair mengundurkan diri, hanya tinggal Ali dan Usman saja.
Sedangkan suara umat Islam saat itu lebih condong kepada Usman bin Affan. Maka, dengan kerendahan hati seorang Ali bin Abi Thalib, diangkatlah Usman bin Affan menjadi khalifah ke-tiga, walaupun pada saat itu usianya sudah memasuki 70 tahun.
Yang paling nampak hasil dari kepemimpinan Usman ialah dengan dibukukannya Al-Quran. Sungguh hal tersebut adalah kebijakan Usman yang mementingkan penggenerasian umat Islam dimasa depan dan lestarinya Al-Quran. Seandainya saja Usman tidak mengambil kebijakan tersebut, maka mungkin saja Al-Quran tak akan pernah dapat kita temukan saat ini.
Itulah perjalanan hidup Usman yang tidak pernah terlupakan dalam sejarah umat islam dengan pembukuan Al-Quran yang sampai sekarang bisa menerangi jagad raya ini. Beliau memerintahkan agar umat Islam berpatokan kepadanya dan memusnahkan mushaf yang dianggap bertentangan dengan bentukannya tersebut.
Selain itu, dia melakukan pembangunan infrastruktur negara yang terbilang baik, memberlakukan administrasi dalam pemerintahan, dan memperbaiki sistem kehakiman, pertanian, dan perdagangan. Serta perluasan-perluasan kekuasaan Islam tetap dijalankan dengan baik.
Ia juga mencetuskan ide ‘polisi keamanan’ bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid, membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina.
Sebagai seorang ekonom dan pengelola [negara] yang handal, dia tahu mana posisi atau jabatan yang terkelola dengan baik oleh pejabat dan mana yang tidak. Sehingga dengan ketegasannya Usman sering kali melakukan resuffle terhadap pejabat yang tidak berkredible.
Namun, tindakannya itu menuai banyak ‘ocehan’ dan kritikan. Sehingga banyak orang yang dipecatnya merasa tersakiti, dan bersekongkol untuk membunuh Usman. Hingga suatu hari Usman dibunuh saat membaca Al-Quran hasil kebijakannya yang sangat berharga itu.
Kematian Usman
Ia hanya memimpin umat Islam selama 12 tahun saja, namun hasil kebijakannya dalam pembukuan Al-Quran masih bisa kita rasakan sampai saat ini. Ia wafat pada tahun 35 H pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam usia 80 tahun lebih, dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij).
Dia sebelumnya telah mendapat teror dari pemberontak dan diberikan ultimatum apakah ingin mundur atau dibunuh. Walau sebenarnya Usman bisa saja memerintahkan bala tentaranya untuk mengusut tuntas peneroro tersebut, namun dia lebih memilih untuk membiarkan saja dan berpasrah kepada Allah.