[Tulisan ini diambil dari sudut pandang Islam, dari keyakinan umat Islam selama ini yang tentunya berdasar pada dalil-dali yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis].
Assalamualaikum sahabat Kartun Muslimah. Salah satu prinsip dalam keimanan seorang muslim ialah mengimani tentang kerasulan. Terdapat setidaknya 313 rasul yang Allah tugaskan untuk menyampaikan firman-firman-Nya. Dan salah satu rasul yang dimani oleh umat Islam ialah Nabiyullah Isa ‘Alaihis Salam. Beliau adalah Rasul yang diutus untuk Bani Israil Palestina dan menerima kitab sucinya; yakni Injil.
Nabi Isa dikenal juga sebagai salah satu Nabi Ulul Azmi, yakni salah satu Rasul yang memiliki derajat lebih tinggi [lebih agung] dari Rasul yang lain sebab memiliki ketabahan dan perjuangan yang luar biasa.
Nabi Isa juga digelari dengan Ruhullah (Ruh Allah) dan/atau disebut juga dengan Kalimatullah (Kalimat Allah) serta disebut pula dengan Almasih. Disebut Ruhullah karena Allah yang meniupkan ruh kepada Isa. Sementara sebutan Kalimatullah karena Allah menciptakan Isa dengan kalimat-Nya “Kun fayakun”. Serta disebut Almasih karena beliau orang yang dipilih secara khusus.
Dilahirkan Tanpa Ayah
Umat muslim percaya dan meyakini—sebagaimana Al-Quran juga menyebutkan demikian—bahwa Maryam (ibu Nabi Isa) adalah perawan suci, yang mana tidak ada seorang pun yang ‘menyentuh’ nya dan mengawininya. Maryam tak pernah keluar dari mihrabnya keculi untuk kebaikan, dia selalu menyendiri untuk beribadah kepada Allah di dalam mihrabnya.
Hal ini termaktub dalam Al-Quran Surah, dan Surah Ali Imran ayat 42. “Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).”
Kala itu, datanglah Malaikat Jibril [berwujud manusia] kepada Maryam yang sedang ada di mihrabnya. Maryam merasa ketakutan pertama kali melihat lelaki itu, namun dia juga merasa keheranan dengan sosok lelaki tadi. Tubuh lelaki itu mengeluarkan cahaya, bukan pantulan cahaya matahari apalagi cahayan bulan yang memang tidak ada pada siang hari.
Maryam memiliki firasat bahwa lelaki itu bukanlah orang biasa. Pasti dia adalah utusan Allah yang diperitahkan untuk menemuinya.
Lalu Jibril [lelaki itu] berkata kepada Maryam, “Ia (Jibril) berkata: ‘Sesungguhnya aku Ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (Maryam: 19)
Namun mendengar perkatan lelaki itu membuat Maryam bingung, lalu dia meresponnya dengan pertanyaan. “Maryam berkata: ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan Aku bukan (pula) seorang pezina.” (Maryam: 20)
Kemudian Jibril menjawabnya seraya menyampaikan firman Allah, “Jibril berkata: ‘Demikianlah’. Tuhanmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” (Maryam: 21)
Keheranan Maryam makin jelas ketika Jibril memberitahu bahwa anak Maryam itu akan lahir dengan nama Isa dan akan menjadi orang terkemuka di dunia dan akhirat. Bukan hanya itu Jibril juga mengatakan bahwa bayi itu memiliki keajabaian yakni bisa berbicara sejak dia keluar dari rahim Maryam untuk membantah fitnah dari orang-orang disekitarnya kelak tentag kesucian Maryam.
(Ingatlah), ketika malaikat berkata: ‘Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Almasih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.” (Ali Imran: 45-46)
Namun keheranan itu dapat ditundukkan dengan rasa keimanan Maryam kepada Allah. Maryam tahu bahwa jika itu adalah memang perintah Allah, maka hal itu pasti terjadi. Lalu Allah meniupkan ruh kepada Maryam yang membuatnya hamil. “Lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’: 91)
Seiring waktu yang terus berjalan, hari demi hari yang terlewati, akhirnya perut maryam semakin membesar. Setelah memasuki detik-detik persalinan, dia pergi ke suatu tempat dibawah pohon kurma untuk melahirkan seorang diri tanpa dibantu oleh siapapun [hal ini sebagaimana tertuang dalam surah Maryam ayat 23].
Walhasil, bayi yang selama itu dikandungnya akhirnya lahir dalam keadaan baik dan sempurna. Segeralah dia memberikan nama Isa kepada bayinya itu. Bayi yang sangat mungil dan tampan, berkulit lembut dan putih.
Namun, kegelisahan yang lain muncul, [Maryam membayangkan] bagaimana jika dia kembali ke rumahnya lalu orang-orang memfitahnya bahwa dia telah berbuat zina dengan seorang lelaki, sebab [dalam pandangan umum] tidak mungkin seorang wanita bisa hamil tanpa bersetubuh dengan lelaki. Namun, kegelisahan itu terus dilawan oleh Maryam dengan keimanan dan kesabarannya, bahwa Allah kelak yang akan menolongnya.
Namun, bayi itu berbicara kepada Maryam dan memintanya agar jangan bersedih hati. Serta bayi tadi berpesan agar jangan berbicara sepatah katapun kepada manusia siapapun pada hati itu [hal ini dalam Surah Maryam ayat 24-26]. Dan Maryam pun mengikuti seruan bayi Isa.
Ketika Maryam tiba ditengah-tengah masyarakat. Langsung saja masyarakat mencemooh Maryam yang sedang menggendong bayi. Mereka menuduh Maryam telah berbuat zina, tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dulu siapa anak yang digendong itu sebenarnya.
Pertanyaan-pertanyaan terus membanjiri telinga Maryam, dan rasa penasaran terus terbayang dalam benak masyarakat. Akhirnya Maryam meletakkan bayi itu di tengah-tengah masyarakat agar mereka bisa melihatnya dengan jelas. Lalu Maryam yang bernazar tidak ingin bicara, dia menunjuk ke arah bayi itu.
Orang-orang hanya tertawa dan menganggap Maryam sudah tidak waras sebab dia menunjuk arah bayi itu sebagai isyarat bayi itu akan memberikan penjelasan. Namun, hal diluar akal sehat terjadi, dan mulailah bayi itu berbicara, sehingga membuat masyarakat tercengang-cengang dengan pembicaraan bayi itu.
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”
Berkata Isa: “Sesungguhnya Aku Ini hamba Allah, dia memberiku Al Kitab (Injil) dan dia menjadikan Aku seorang nabi, Dan dia menjadikan Aku seorang yang diberkati di mana saja Aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama Aku hidup; Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan Aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali”. (Maryam: 30-33)
Semua orang yang ada saat itu menjadi tertegun kagum melihat mukjizat seorang bayi yang bisa berbicara dengan fasih atas penjelasan mengenai dirinya siapa sebenarnya. Akhirnya masyarakat menerima akan hal tersebut, dan mereka beriman dengan apa yang diucapkan oleh bayi Isa.
Wallahu a’laam…