Membaca judul diatas, mungkin sudah ada bayangan/memori dalam otak antum Kartun Muslimah tentang kisah Nabi tersebut [yang selalu menimbulkan kesan, termasuk juga yang berbau kontradiksi]. Namun, artikel ini tidak akan membahas tentang proses penciptaan Adam yang selalu hangat menjadi perdebatan. Padahal banyak hikmah yang sebenarnya dapat kita petik dari kisah tersebut, dari pada harus saling mengerutkan dahi untuk berdebat.
Nabi Adam diyakini oleh manusia [yang beriman] sebagai nenek moyang ras-nya. Hal ini selalu menarik untuk diperbincangkan sebab manusia juga ingin tahu tentang siapa nenek moyangnya, bagaimana kisahnya, dan seperti apa sepak terjangnya dalam menjalani kehidupan sebagai manusia pertama.
Allah Menciptakan Adam
Dalam beberapa tafsir Al-Quran [seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qurthuby, Tafsir Jalalain, Tafsir Al-Azhar Hamka, dll] menukilkan bahwa awalnya bumi ini dihuni oleh kelompok iblis [syaitan] dan jin. Namun, karena mereka selalu berbuat kerusakan dan pertumpahan darah, maka Allah ingin agar semua itu dihentikan; yakni Allah ingin agar Bumi dihuni oleh mahluk yang bisa menjaga kelestariannya.
Hal ini diabadikan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah [2] ayat 30. Bismillahirrahmanirrahim. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Saat pertama kali Allah menyampaikan keinginannya kepada Malaikat untuk menciptakan Khalifah yang akan mendiami, menjaga, merawat, dan melestarikan bumi. Maka, saat itu pula malaikat merasa bingung, sehingga dia balik bertanya kepada kepada Allah mengapa harus demikian. Tapi, dengan sifat ketaatan yang dimiliki, maka malaikat merasa tak perlu panjang lebar bertanya dan menerima apa saja yang Allah perintahkan.
Allah dengan segala kekuasaan-Nya menciptakan mahluk dari ‘tanah’ [tentunya hanya Allah saja yang tahu tentang prosesnya] dan Allah memberinya nama Adam. Adam lah yang kelak akan diangkat oleh Allah menjadi khalifah fi al-ardhi, dia cikal bakal berkembangnya ras manusia di muka bumi ini.
Sujudnya Malaikat dan Ingkarnya Iblis
Namun sayang, iblis [syaitan] yang mengetahui rencana Allah tersebut tidak terima, sebab dengan sifat keangkuhannya, dia merasa lebih terhormat dari pada manusia yang tercipta dari tanah, sedangkan dia [iblis] tercipta dari api. Maka, iblis memberontak tidak akan ‘bersujud’ kepada manusia walaupun Tuhan yang memerintahkan.
Setelai Allah selesaikan menciptakan Adam, maka Allah perintahkan semua mahluk saat itu untuk ‘bersujud’ kepada Adam. Sujud sebagai tanda penghormatan karena dia diangkat menadi khalifah. Malaikat bersujud kepada Adam atas perintah Allah. Namun, iblis bersiteguh dengan pendirian awalnya, yakni menentang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam; hanya karena keangkuhannya. Keingkaran iblis terhadap perintah Allah telah menjadikan dirinya kafir dan tak lagi bisa tinggal di surga.
Hal ini diabadikan oleh Al-Quran, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ Maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” [Al-Baqarah (2): 34].
Lalu Allah bertanya kepada iblis, sebagaimana dialog keduanya dalam Al-Quran, “Allah berfirman: ‘Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”. Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan Aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. [Shad (38): 75-76]
Karena kesombongannya itu, maka, diusirlah iblis dari surga karena menantang titah Allah. Akan tetapi, iblis memohon kepada Allah bahwa dia akan keluar dari surga asalkan diberi satu permintaan, yakni iblis agar diberi kebebasan berupaya untuk ‘menyesatkan’ Adam dan anak keturunannya.
Sebagaimana dikisahkan dalam Surah Al-A’raf ayat 13-15. “Allah berfirman: ‘Turunlah kamu dari surga karena kamu telah menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina’. Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”
Pasangan Adam [Hawa]
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, karena Adam merasa kesepian di surga, maka Allah menciptakan pasangan bagi Adam dari ras manusia juga. Yakni yang kita kenal dengan nama Hawa [istilah Hawa berarti ibu kehidupan]. Konon, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam tatkala dia sedang tertidur pulas [tentu saja ini banyak terjadi penafsiran mengenai tulang rusuk]. Da ketika Adam bangun dari tidurnya, maka lantas berdirilah seorang wanita di hadapannya, dialah Hawa.
Dan sekarang, Adam tidak lagi sendiri, dia punya teman hidup yang bisa mengusir rasa kesepiannya. Nampaknya bukan hanya sebatas teman hidup, tapi Allah menjadikan mereka sebagai suami-istri untuk membina hubungan yang penuh kasih sayang. Bukan hanya itu, Allah juga memfasilitasi pasangan dua sejoli tersebut dengan fasilitas yang lengkap, makanan tersedia, dan semua kenikmatan dari fasilitas surgawi.
“Dan Kami berfirman: ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” [Al-Baqarah (2): 35].
Tapi ingat, Allah melarang Adam dan Hawa untuk mendekati apalagi memakan buah Khaldi [khaldi artinya kekal]. Inilah yang nantinya menjadi alat jebak syaitan untuk menjerumuskan Adam dan Hawa.
Tipu Daya Iblis dan Pengusiran dari Surga
Setelah diberi tangguh oleh Tuhan, maka iblis bisa sepuasnya untuk mentergelincirkan Adam. Dan iblis sudah menyiapkan cara untuk menjerumuskan Adam dan sitrinya hingga melanggar titah Allah. Yakni dengan mengiming-imingi mereka dengan ‘buah terlarang’ [khaldi] yang bisa menjadikan mereka kekal di surga.
Singkat cerita, akhirnya Adam dan Hawa tertarik untuk memakan ‘buah terlarang’ tersebut. Keduanya telah masuk dalam tipu daya muslihat iblis yang benar-benar licik.
Mengetahui hal itu, maka Allah langsung mengusir Adam dan Hawa dari surga, mereka tak lagi bisa menikmati fasilitas lengkap dan penuh kenyamanan lagi. Semua fasilitas yang diberikan, semua dicabut oleh Allah. Mereka berdua diusir dari surga, dan disuruh tinggal di Bumi.
Taubat Nabi Adam
Akhirnya Adam dan Hawa menyesal dan bertaubat kepada Allah. Dengan sepenuh hatinya yang tulus memohon agar Allah bisa mengampuninya. Maka Allah menerima taubat Adam. Beginilah doa yang dipanjatkan Nabi Adam [dalam surah Al-A’raf ayat 23].
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
Hikmah yang Bisa Dipetik
Banyak hal yang dapat kita jadikan ibrah [pelajaran] dari kisah Nabi Adam tersebut yakni pertama, buanglah sifat angkuh, sombong, dengki, dan sifat buruk lainnya sebab sifat-sifat buruk tersebut akan menjauhkanmu dari Allah. kedua, teruslah berpegang pada ‘tali Allah’ menerima segala keputusannya dengan sifat sabar dan bersyukur. Ketiga, jauhi perilaku-perilaku kemaksiatan yang telah dilarang oleh Allah. empat, senantiasalah bertaubat dari dosa-dosa yang nampak maupun yang tak nampak dari kita.