Subhanallah. Disaat Manusia diselimuti kebodohan, kemaksiatan merajalela, penyembahan berhala yang mengakar, kezaliman menyebar dimana-mana, tidak ada hak hidup sedikitpun bagi bayi perempuan yang baru lahir, yang kuat menerkam yang lemah, dan peperangan dengan mudahnya bergejolak. Itulah gambaran kaum jahiliyah Arab sebelum Nabi Muhammad dilahirkan.
Maka, Allah mengutus seorang rasul-Nya untuk memperbaiki kondisi yang demikian dengan membawa misi perbaikan akhlak dan mengenalkan agama yang lurus, yakni din al-Islam.
Berkah Kehamilan Aminah
Dari keluaga kecil pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab diberkahi dengan kehamilan yang tak pernah mereka tahu akan melahirkan seorang Rasul yang membawa perubahan bagi dunia.
Ada keberkahan tersendiri bagi Aminah kala dia mengandung. Aminah tak pernah merasa keletihan dan kepayahan sebagaimana wanita yang mengandung pada umumnya. Dia tidak mengalami morning sickness yang biasa mual dan pusing di pagi hari. Dan tidak pernah menemukan pantangan selama itu.
Keberkahan kandungannya bukan terhenti hanya disitu. Rezeki Aminah oleh Allah diperlancar, kebun-kebunnya yang kering dihijaukan, pohon-pohon menjadi rimbun, kebutuhannya tercukupi dengan mudah. Dan tak ada rasa khawatir sama sekali untuk kekurangan makanan.
Bukan hanya itu, selama mengandung, Aminah selalu bermimpi didatangi oleh para Nabi terdahulu. Mereka menyampaikan pesan bahwa janin yang dikandunganya akan menjadi utusan Allah yang membawa misi kenabian, menegakkan kebenaran, memberantas kejahiliyahan, dan dia seorang pemimpin besar bagi umat manusia.
Tentara Bergajah Abrahah
Diriwayatkan pula, menjelang kelahiran Muhammad terjadi pertistiwa bersejarah yakni penyerangan Abrahah untuk menghancurkan Kakbah di Makkah. Awalnya Abrahah sebagai seorang gubernur yang berkuasa di Abesinia [Ethiophia]; merasa iri dengan keberadaan Kakbah yang selalu didatangi oleh peziarah dari seluruh penjuru dunia.
Akhirnya Abrahah ingin mendirikan gereja yang amat megah di Shan’a, yang jika dibandingkan dengan Kakbah di Makkah, maka Kakbah tidak ada apap-apanya. Dengan tujuan agar orang-orang yang selama ini mengunjungi Kakbah berbalik arah mengunjungi gerejanya.
Namun, bukan kehormatan yang Abrahah dapat. Justru dia mendapat cacian dari orang-orang dari seluruh penjuru dunia. Bahkan, gereja yang dia dirikan selalu dilempari dengan kotoran manusia.
Dengan demikian, maka Abrahah berambisi akan menghancurkan Kakbah. Dia mempersiapkan gajah-gajah yang sangat besar yang dilengkapi dengan persenjataan, serta dengan pasukan-pasukan lainnya. Semuanya telah siap untuk menuju Makkah dan menghancurkan Kakbah yang selama ini telah membuatnya tersaingi.
Namun, disaat mereka sudah dekat dengan Makkah terdapat keanehan yang menakjubkan, sejauh mata memandang; langit menjadi gulita dengan berbondong-bondongnya burung [Ababil] yang datang yang memenuhi angkasa.
Burung itu membawa tiga batu kerikil, satu di paruhnya dan dua dicakarnya. Batu-batu itu dijatuhkan ke pasukan Abrahah. Ternyata, batu itu sangatlah panas layaknya batu neraka. Kulit-kulit gajah yang tebal menjadi melepuh, demikian pula dengan tubuh orang-orang pasukan Abrahah.
Hal tersebut dikisahkan dalam Al-Quran Surah Al-Fill [surah ke-105] ayat 1-5. Ternyata Kakbah masih dilindungi oleh pemiliknya, yakni Allah Swt. Yang tak ingin peninggalan Ibrahin itu musnah, sebab kelak, Kakbah akan menjadi kiblat shalat yang menyatukan seluruh manusia dari belahan dunia.
Lahirnya Nabi Muhammad
Setelah peristiwa penyerangan itu, jarak sekitar satu minggu, maka Aminah merasakan bayi yang ada dalam perutnya akan segera keluar. Kala itu Aminah berada di rumah pamannya. Karena suaminya [yakni Abdullah, ayah dari Muhammad] sudah meninggal sejak kehamilannya berumur enam bulan, maka, Abdul Muthallib [mertua Aminah] dimintanya untuk menjenguknya.
Cahaya terang dari keluar dari tubuh Aminah menyinari jagad raya. Dengan dibantu oleh seorang bidan yang bernama Syifa [ibu dari Abdurrahman bin ‘Auf] untuk mempermudah persalinan Aminah. Maka, tepat pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah [20 April 571 Masehi] Muhammad dilahirkan, dari rahim seorang wanita bernama Aminah binti Wahab.
Burung-burung berterbangan sambil berkicau indah, cahaya fajar dari timur memperindah lukisan langit, angin-angin berdesir sejuk menambah suasana yang menyenangka hati. Seakan mereka semua turut gembira gegap gempita menyambut kelahiran seorang utusan Allah yang kelak akan menjadi memimpin umat.
Jelaslah, keindahan dan keajaiban yang ditunjukkan oleh alam merupakan keistimewaan tersendiri dalam menyambut junjungannya. Kejadian-kejadian luar biasa yang mengiringi sejak kehamilan sampai kelahirannya anak dari rahim Aminah ini membuktikan kemulian Sang Bayi di sisi Allah.
Dialah Muhammad bin Abdullah, cucu dari Abdul Muthallib. Segeralah Abdul Muthallib mengendong bayi itu menuju kaki Kakbah. Dan di kaki Kakbah itulah Abdul Muthallib menangis bahagia karena diberkahi seorang cucu, dia memohon kepada Sang Pemilik Kakbah agar bayi itu diberkati.
Ditempat suci itulah, Abdul Muthallib menamainya dengan nama yang agung, nama yang tak pernah digunakan oleh bangsa Arab sebelumnya, yakni Ahmad [Muhammad]. Dan seluruh masyarakat Arab turut gembira dengan kelahiran cucu Abdul Muthallib itu, sebab dialah yang akan meneruskan sebagai ‘juru kunci’ nya Kakbah.
Sebagaiamana tradisi orang-orang Arab, yakni jika ada bayi dilahirkan maka persusuannya diberikan kepada wanita badiyah yang tinggal di gurun. Dengan harapan agar si bayi dapat terbebas dari penyakit dan bisa berbahasa yang murni. Maka, bayi Muhammad dihantarkan kepada seorang wanita yang bernama Halimah As-Sa’diyah dari Bani Sa’ad untuk menjadi ibu susuan Muhammad.
Walau sebenarnya, sejarah mencatat, bahwa orang pertama kali yang menyusui Muhammad ialah Suwaibah, budak wanita milik Abdul ‘Uzza bin Abdul Muthallib atau yang kita kenal Abu Lahab. Namun, Suwaibah hanya menyusui beberapa saat saja, yang kemudian dipasrahkan kepada Halimah.
Selama menjadi ibu asuh Muhammad, Allah selalu memudahkan dan melapangkan rezeki kepada keluarga Halimah. Kebun-kebun yang dia miliki menjadi bisa digunakan untuk bercocok tanam, persoalan-persoalan hidupnya dimudahkan oleh Allah. itu sebagai bentuk keberkahan dari Muhammad.
Sehingga akhirnya Halimah sendiri yang meminta kepada Aminah agar Muhammad tetap diasuhnya, saking sayangnya Halimah kepada Muhammad sebagaimana ia menyayangi anak kandungnya sendiri.
Namun, setelah cukup besar, Halimah memahami bahwa Muhammad harus mendapatkan kasih sayang yang murni dari Aminah, ibu kandung Muhammad. Sehingga akhirnya Halimah harus mengantarkan Muhammad kepada Aminah untuk dirawatnya, sebab dia adalah ibu kandungnya.
Tak lama Aminah menikmati kebersamaan dengan Muhammad kecil. Ternyata Allah berkehendak lain, yakni Aminah harus menghadap Allah, lewat kematian Aminah. Sejak itulah Muhammad menjadi yatim piatu. Padahal usia Muhammad saat itu masih menginjak umur 6 tahun.
Namun, Allah menggerakkan hati Abdul Muthallib untuk merata Muhammad, namun tak lama merawat Muhammad, Abdul Muthallib meninggal. Kemudian pengasuhan Muhammad dilanjutkan oleh Abu Thalib bin Abdul Muthallib yang tak lain merupakan paman dari Muhammad.
Muhammad memiliki ibu angkat [istri Abu Thalib] yakni Fatimah binti Asad. Sedangkan keluarga Abu Thalib memiliki seorang pembantu yang bernama Ummu Aiman [bekas budak milik Abdullah]. Dari kedua tangan dua wanita itulah Muhammad kecil menerima didikan dan kasih sayang layaknya ibu sendiri.
—
Dengan lahirnya Muhammad yang membawa ajaran Islam dan mengakkan kebenaran serta menghilangkan segala bentuk kejahiliyahan, maka hal ini berarti pula bahwa kehidupan dunia ini akan segera memasuki masa akhir zaman.
Wallahu a’laam ya ukhti kartun muslimah.