Dalam hadis Rasulullah disebutkan shallu kama raaitumuni ushalli [shalat lah kalian sebagaimana aku shalat]. Gerakan dan bacaan dalam shalat yang Rasulullah lakukan pada masanya dulu kemudian diajarkan kepada para sahabat, dari para sahabat diajarkan kepada tabi’in dan seterusnya sampai sekarang ini.
Mulai dari gerakan dan bacaan hingga syarat dan rukun dalam shalat telah banyak dibahas oleh para ulama yang berulas pada hadis-hadis Rasulullah. Sebab demikian agar bacaan dan gerakan shalat tetap lestari untuk generasi selanjutnya dan tidak menyimpang dari bagaimana cara Rasulullah shalat.
Berikut ini secara ringkas akan mengulas tentang bacaan/doa yang diucapkan dalam setiap gerak dalam shalat.
Pertama, niat shalat dan takbiratul ikhram. niat adalah wajib dalam shalat. Setiap shalat harus didahului dengan niat masing-masing. Tempat niat adalah dalam hati sebagai ungkapan kesungguh-sungguhan, bukan hanya sebatas pada gerakan bibir saja.
Niat dibarengi dengan takbiratul ikhram [takbir pembuka] takbir ini harus dikeraskan atau minimal bisa didengar oleh telinga sendiri. bacaan takbir ialah:
اَللهُ اَ كْبَرُ
Allahu akbar
[Allah Maha besar]
Kedua, bacaan iftitah. Kalimat atau doa iftitah sebenarnya sunnah, tapi hal ini diamalkan oleh Rasulullah sehingga niscaya banyak keutamaan dibaliknya. Berikut bacaan doa iftitah:
اَللهُ اَكْبَرْكَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ للهِ بُكْرَةً وَاَ صِيْلَا, اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ حَنِيْفًامٌسْلِمًاوَمَ اَنَامِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلَا تِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَا تِيْ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْ تُ وَاَنَامِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ.
[Allah Maha Besar lagi Sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyirikin. Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin].
Doa iftitah versi lain
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
[Ya Allah, jauhkanlah aku daripada kesalahan dan dosa sejauh antara jarak timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala kesalahan dan dosa bagaikan bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku dengan air, dan air salju yang sejuk.]
Ketiga, bacaan Surah Al-Fatihah. Surah Al-Fatihah hukumnya wajib dibaca dalam shalat. Sebagaimana dalam hadis, “Tidak sah shalat seseorang tanpa membaca fatihatul qutub [surah Al-Fatihah]”.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْن. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيهِمْ.غَيْرِ المَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ.
آمِيْنَ
[Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Yang Pengasih dan Penyayang. Yang menguasai hari kemudian. Pada-Mulah aku mengabdi dan kepada-Mulah aku meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus bagaikan jalan mereka yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai, atau jalannya orang-orang yang sesat. Aamiin].
Disunnahkan membaca “Amin” setelah Al-Fatihah, bahkan menurut ulama Az-Zahiri membaca amin adalah wajib sebab Rasulullah tak pernah meninggalkan bacaan ‘amin’ setelah Al-Fatihah.
Keempat, membaca surat-surat pendek dalam Al-Quran. Setelah membaca Al-Fatihah [dengan tetap dalam posisi berdiri] maka selanjutnya disunnahkan membaca surat-surat pendek atau ayat-ayat dalam Al-Quran. Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah lebih banyak membaca surah Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surah Al-Ikhlas pada rakaat kedua.
Surah Al-Kafirun:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ. وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ. وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينْ.
[Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”].
Surah Al-Ikhlas
قُلْ هُوَ ٱللهُ أَحَدٌ, ٱللهُ ٱلصَّمَدُ, لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ, وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
[Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. “Katakanlah (hai Muhammad)! Allah itu Esa. Allah tempat meminta. Tiada Ia beranak dan tiada pula Ia dilahirkan. Dan tak ada bagi-Nya seorang pun yang menyerupai-Nya. Dan tak ada bagi-Nya seorang pun yang menyerupai-Nya.”]
Kelima, rukuk. Setelah membaca surat-surat pendek maka dilanjutkan dengan rukuk. Posisi rukuk dengan cara membungkukkan badah hingga pinggang lurus rata dengan posisi kepala [membentuk siku atau 90 derajat]. Setelah posisi sempurna maka membaca doa rukuk yakni:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
[Maha Suci Tuhan Yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya.]
Keenam, i’tidal. I’tidal ialah bangkin dari rukuk dengan mengangkat kedua tangan hingga lurus ujung-ujung jari dengan daun telinga. Seraya membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءُالسَّمَوَاتِ وَمِلْءُاْلاَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِعْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْد
[Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan ku untuk-Mu lah segala pujian sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh benda diantaranya yang Kau kehendaki sesudah itu.]
Ketujuh, sujud. Sujud ialah posisi tersungkur ke bumi dengan meletakkan dahi ke bumi [tempat sujud] dan kedua tangan serta kedua tumit dan ke dua kaki [ujung jari kaki] juga harus menyentuh bumi [lantai atau sebagainya]. Seraya membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
[Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya.]
Kedelapan, duduk diantara dua sujud. Setelah sujud kemudian duduk serta membaca:
رَبِّ اغْفِرْلِى وَارْحَمْنِىْ وَاجْبُرْنِىْ وَارْفَعْنِى وَارْزُقْنِىْ وَاهْدِ نِىْ وَعَا فِنِىْ وَاعْفُ عَنِّىْ
[Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekuranganku dan angkatlah derajatku dan berilah rezeki kepadaku, dan berilah aku petunjuk da berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku.]
Kesembilan, bacaan tasyahud awal dan akhir. Tasyahud atau tahiyat awal dilakukan pada rakaat kedua, sementara tasyahud akhir dilakukan pada rakaat terakhir. Sementara dalam shalat yang terdiri dari dua rakaat seperti subuh dan shalat sunnah maka langsung tasyahud akhir.
Bacaan tasyahud awal dan tasyahud akhir sebenarnya sama, hanya saja letak perbedaannya terdapat pada bacaan shalawat dalam tahyat, jika tasyahud awal hanya cukup pada shalawat pada Nabi Muhammad, sementara dalam tasyahud akhir dilanjutkan dengan shalawat untuk keluarga Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim.
Berikut bacaan tahiyat;
آلتَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُالطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ(batas tasyahud awal) وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَامُحَمَّدْ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيِدِ نَآ إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَّيِدِ نَآ إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِكْ عَلَى سيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيِّدِ نَا إبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِ نَاإِبْرَاهِيْمَ فى اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
[Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah! Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad. Ya Allah! Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad. Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia.]
Kesepuluh, salam. Salam ialah tanda akhir shalat, dengan mengucapkan salam seraya menolehkan muka ke samping kanan kemudian menolehkan muka ke kiri. Kalimat yang diucapkan ialah:
اَلسَّلَا مُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَا تُه
[Keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahan-Nya semoga tetap pada kamu sekalian.]