Istri Fir’aun yang Beriman, Asiyah RA

Istri Fir'aun yang Beriman, Asiyah RA
https://id.pinterest.com/

Istri Fir’aun yang Beriman, Asiyah RA – Berbicara mengenai kisah Nabi Musa AS terdapat seorang perempuan yang tidak luput  penyebutanya, yaitu Siti Asiyah RA. Seperti yang kita ketahui, telah dikisahkan dalam Al Qur’an Surat Al Qashas ayat 7-13 mengenai masa bayi Nabi Musa AS dihanyutkan oleh sang Ibu di aliran Sungai Nil, yang kemudian ditemukan oleh Asiyah RA. Dia lantas membawa Musa kecil menjadi bagian dari istana, dan merawatnya  dengan penuh kasih sayang layaknya anak kandung.

Selain dikenal karena peran besarnya dalam mendidik seorang calon nabi Allah, nama Asiyah RA juga harum karena kepribadian yang ada dalam dirinya. Dia dikenal sebagai perempuan yang mampu memegang teguh keimanannya terhadap Allah SWT. diatas berbagai cobaan besar dalam kehidupannya.

Asiyah RA binti Muzahim bin Ubaiduddayyan bin Walid, berasal dari sebuah qabilah arab di Jazirah Arabiah. Ayahnya adalah seorang raja diantara sekian kerajaan yang tunduk dibawah hukum Mesir pada zaman kejayaan Dinasti Fir’aun. Berkat parasnya yang rupawan, ia kemudian diperistri oleh pimpinan kerajaan, Fir’aun.

Asiyah RA Sosok perempuan yang berbudi pekerti luhur, sabar, penyayang, dan juga penuh kemuliaan. Sifatnya sangat berbeda apabila dibandingkan dengan sang suami, yang dzalim, kejam, dan angkuh. Pada awal masa pernikahan, Asiyah RA RA menjalni kehidupan bersama sang suami dengan bahaagia, namun lambat laun sifat asli yang dimiliki sang suami mulai muncul, perlahan kebahagiannya terkikis.

Kebahagian itu perlahan sirna, digantikan oleh perasaan sedih, tertekan dan berat hati.  Semua itu didasari oleh sang suami yang menyerukan dirinya dihadapan seluruh penjuru negeri sebagai seorang Tuhan, memaksa mereka untuk menyembahnya, atau jika tidak, hukuman berat akan dijatuhkan kepada siapa saja yag membangkang.

Menyadari bahwa dirinya termasuk sebagai salah satu pembangkang di mata sang suami. Benar, Asiyah RA mengakui keberadaan tuhan lain, yaitu Allah Yang Maha Esa. Tentu dia menjadi takut, dan memilih untuk menyembunyikan keimanan tersebut dari suaminya. Dalam kurun waktu yang lama Asiyah RA hidup dalam kegelisahan.

Seiring berjalannya waktu, bayi yang ditemukannya dulu telah tumbuh menjadi sosok pilihan Allah SWT. Suatu hari Musa diberi wahyu oleh Allah, tanda bahwa beliau telah diangkat menjadi seorang nabi sekaligus rasul. Salah satu tugas yang diemban seorang rasul adalah berdakwah, menyerukan ke-Esaan Allah SWT.

Tentu Nabi Musa AS tidak mengkhianati tugas mulia tersebut, sehingga memunculkan permusuhan besar antara beliau dan Fir’aun. Singkat cerita Fir’aun meminta bantuan para tukang sihir istana untuk melawan Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS, untuk membuktikan bahwa dialah tuhan satu-satunya, bukan Allah SWT seperti yang diajarkan oleh kedua nabi tersebut.

Atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa, Nabi Musa dan Nabi Harun menang menghadapi para tukang sihir tersebut. Bahkan mereka berbondong-bondong menyatakan keimanannya kepada Allah SWT dan meninggalkan Fir’aun. Peristiwa kemenangan itulah yang kemudian membuka jati diri seorang Asiyah RA.

Ketika itu Asiyah RA belum mengetahui kabar gembira yang terjadi. Dia memutuskan untuk bertanya ke seorang pembesar istana, “Siapakah yang menang (dalam pertandingan itu)?” Maka pembesar istana menjawab, “Yang menang adalah Musa dan Harun.” Kemudian tanpa ragu, Asiyah RA bersaksi dengan lantang, “Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun.”

Apa yang diucapkan Asiyah RA RA akhirnya sampai di telinga sang suami. Jelas, Fir’aun semakin bertambah marah. Setelah para tukang sihir istana, sekarang justru istrinya sendiri yang  tidak mengakui ketuhanannya. Fir’aun tidak habis pikir, akhinya dia memilih untuk meminta pendapat para pembesar kerajaan, “Bagaimanakah pendapat kalian tentang Asiyah RA binti Muzahim?”

Tidak semua para pembesar tersebut mengetahui apa maksud sebenarnya dari pertanyaan yang dilontarkan Fir’aun, sehingga kebanyakan menjawabnya dengan pujian terhadap Asiyah RA. Selanjutnya raja kejam itu menambahkan beberapa kata memperjelas pertanyaan sebelumnya, “Sesungguhnya permaisuri ku sekarang menyembah selain aku!”

Seketika mereka kaget atas ucapan Fir’aun, lalu para pembesar itu berkata , “Wahai paduka, jika memang begitu hukum mati saja dia.” Raja yang biadab itu tanpa pikir panjang menyetujui apa yang diusulkan para pembesar kerajaan. Asiyah RA lantas ditangkap oleh para prajurit kerajaan.  Tubuhnya dilentangkan, kedua tangan dan kakinya diikat di antara empat pasak. Penyiksaan terhadap istrinya sendiripun dimulai.

Berkali-kali cambukan dihempaskan dengan keras ke arah perempuan tak berdaya itu, memunculkan bekas di sekujur tubuhnya. Tetapi Asiyah RA masih dalam kesabarannya dan mengharapkan pahala atas rasa sakit yang menimpanya. Sejenak menghentikan penyiksaan, Fir’aun kemudian menawarkan pengampunan.

Istri Fir’aun menolak mentah-mentah tawaran yang ada, dia tidak bersedia berpindah keyakinan. Kemarahan Fir’aun semakin menajadi-jadi mendengar jawaban Asiyah RA. Tidak sedikitpun terlihat rasa takut dari matanya. Sehingga berbagai siksaan masih terus berlanjut.

https://id.pinterest.com/

Allah Maha Melihat dan juga Maha Mendengar. Tidak ada kekhawatiran, karena Allah SWT pasti melihat segala perjuangan dalam menghadapi kesusahan. Selain itu, selama penyiksaa  Asiyah RA tiada henti memanjatkan doa yang kemudian terukir dalam Al Qur’an Surat At-Tahrim ayat 11 : “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga.”

Dalam sekejap, Allah mengabulkan do’a tersebut, sehinnga Asiyah RA malah tersenyum saat disiksa. Hal itu karena Allah menampakkan rumahnya kelak di Surga. Meyaksikan raut bahagia Asiyah sementara dirinya tengah disiksa membuat Fir’aun dan para pembesar kerajaaa terheran-heran.

Setelah dicambuk, kemudian tubuh Asiyah RA ditimbun dengan batu besar yang diletakkan di atas dadanya. Panasnya terik matahari tentu menambah rasa sakit. Berabagai bentuk penyiksaan dilakukan, berkali-kali pula Fir’aun mencoba membujuk Asiyah. Namun selalu sama, perempuan tangguh itu tetap tidak mengubah keimanannya.

Kesabaran Fir’aun benar-benar telah habis, ia kemudian meminta kepada para algojonya untuk mengambil batu besar untuk dilemparkan kepada tubuh Asiyah RA. Ketika tiba para algojo akan melemparkan batu besar ke tubuh Asiyah RA, dia hanya menengadahkan wajahnya ke langit,  seolah melihat tempat tinggalnya kelak di surga.

Saat batu mulai dilemparkan ke tubuh Asiyah RA, oleh Allah SWT ruh perempuan itu dicabut dari jasadnya. Barulah batu besar itu kemudian menghempas tubuhnya yang sudah tidak bernyawa. Tubuhnya hancur, berlumuran darah.Berkat kesabaran dan keimanan yang selalu tertanam di dalam dirinya, Allah SWT menempatkan Asiyah RA di dalam surga-Nya

Seperti  yang telah dijanjikan Allah SWT –tidak hanya kepada Asiyah, tapi seluruh umat-Nya- dalam QS Ali Imran ayat 159 :

“Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalanKu, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”

Wallahu’alam.

 

 

Galeri untuk Istri Fir’aun yang Beriman, Asiyah RA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *